Dua Perempuan Tangguh Menembus Terik Demi Rakyat: Potret Kepemimpinan Humanis

Humanis21 Dilihat

Lampung Timur – Mentari menggantung tinggi di langit, membakar jalanan berbatu yang membelah ladang-ladang kering di Desa Itik Rendai, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur. Selasa (6/5/2025).

Udara panas seperti menari-nari di atas jalan bebatuan terjal dan jalan tanah merah, namun sepanjang ruas jalan desa tersebut tampak dua perempuan tampil sebagai sosok berbeda. Mereka bukan sekadar pemimpin yang datang untuk meresmikan proyek atau menyapa formalitas. Mereka hadir, meresapi debu dan peluh rakyat yang dipimpinnya.

Dengan sepeda motor Honda Beat yang melaju pelan, AKBP Heti Patmawati dan Bupati Lampung Timur Ela Siti Nuryamah menyusuri jalanan desa yang tak mulus. Deru mesin dari puluhan sepeda motor bersahutan dengan suara angin yang menyapu debu jalan yang tentu menampar wajah mereka.

Namun semangat di mata keduanya jauh lebih benderang dari panas siang itu. Sang kapolres mengemudi dengan cekatan, mencari celah di jalanan terjal, sementara sang bupati duduk dibonceng sambil tersenyum hangat dan melambai kepada warga yang berjejer di pinggir jalan.

Kedatangan mereka bukan tanpa alasan. Dalam balutan pakaian dinas yang bersahaja namun bersih, kedua perempuan pemimpin ini menjadi bagian dari rombongan Forkopimda Lampung Timur yang meninjau langsung program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Tanpa jarak, tanpa sekat. Mereka hadir bersama rakyat, di tengah rakyat.

Di Desa Itik Rendai, proyek-proyek pembangunan berjalan serempak. Jalan onderlagh dibangun untuk menghubungkan dusun-dusun yang selama ini terisolasi. Sumur bor dipasang demi mengatasi krisis air bersih. Mushola-mushola tua direhab agar kembali layak digunakan. Rumah-rumah tak layak huni perlahan berubah menjadi tempat tinggal yang lebih manusiawi. Semua diperiksa, ditinjau, dan diserap maknanya oleh para pemimpin daerah.

AKBP Heti dan Bupati Ela bukan hanya datang sebagai pejabat, tetapi sebagai sosok ibu, kakak, dan saudara yang mengerti kebutuhan rakyatnya. Senyum mereka bukan sekadar simbol keramahan, tapi cermin ketulusan bahwa pembangunan sejati dimulai dari kedekatan hati pemimpin terhadap warganya. Di tengah desa yang sederhana, mereka menjadi potret kepemimpinan yang menyentuh, membumi, dan menginspirasi.

Dalam sebuah wawancara singkat, Bupati Ela menyampaikan bahwa program TMMD ini bukan hanya soal fisik semata. “Kami ingin membangun jiwa gotong royong, membangkitkan harapan. Ketika desa maju, masyarakat tersenyum, di situlah letak kemenangan kita sebagai pemimpin,” tuturnya lirih namun penuh keyakinan.

Kehadiran Forkopimda dalam program ini menjadi simbol sinergi antara militer, pemerintahan, dan masyarakat. Tidak ada yang berdiri sendiri. Semua bergerak dalam satu irama pembangunan yang berkelanjutan. Dan hari itu, sejarah kecil tercatat: dua perempuan pemimpin melaju di jalan desa, menembus panas demi melihat rakyatnya tumbuh dalam harapan.

Di antara gemuruh mesin, debu jalanan, dan sinar matahari yang membakar, satu hal terasa pasti—bahwa masa depan Lampung Timur sedang dibangun bukan hanya oleh tangan-tangan terampil, tapi juga oleh hati-hati yang peduli.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *